#VisitJateng: Agak Tak Rela Meninggalkan Purbalingga (5)

Purbasari Pancuran Mas, Purbalingga

Setelah makan siang di Alas Daun, Purwokerto, Pak Pranoto bergegas menggeber gas menuju Purbalingga. Kesejukan khas Baturraden di lereng Gunung Slamet, mulai perlahan menguap. Mendung tak juga enyah. Tapi masih menyisakan ruang kosong bagi matahari, yang meneruskan sinarnya ke bumi. Terpencar-pencar, layaknya air yang mengucur dari lubang-lubang shower. 

Karena hari sudah beranjak sore, kami hanya menyempatkan singgah cukup lama di dua tempat: Purbasari Pancuran Mas dan Desa Wisata Karangbanjar.

Dari pandangan saya, keduanya sepertinya tipikal: Sama-sama merupakan contoh kreativitas, inovasi dan buah kesuksesan. Yang menghidupkan perekonomian daerah.

Purbasari Pancuran Mas
Tak seperti wisata tematik lainnya di kota besar, yang berada di sisi jalan protokol yang sibuk. Tempat ini berbeda. Purbasari Pancuran Mas hanya berhadapan dengan persawahan. Yang di kejauhan tampak gugusan perbukitan. Ruas jalan beraspal yang tak terlalu lebar memisahkannya.

Di tepi jalan aspal itu, ada bukti sahih. Kebesaran yang berawal dari hobi dan kepedulian seorang Sarimun Budi Purwanto. Dimulai pembangunan secara bertahap pada 1993, ia mulai mengumpulkan ikan tawar dari yang kecil hingga besar.

Arapaima gigas, maskot taman wisata Purbasari Pancuran Mas
Arapaima gigas, maskot taman wisata Purbasari Pancuran Mas

Hobi dan kepeduliannya terhadap pendidikan pula berbuah hasil. Berkisar delapan tahun kemudian, Triyono Budi, Bupati Purbalingga saat itu, meresmikan Taman Wisata Purbasari Pancuran Mas. Ikan Arapaima gigas berukuran jumbo dari sungai Amazon, menjadi magnet taman wisata.

Waktu terus berjalan, zaman terus berkembang. Begitu pula perkembangan taman wisata. Water boom dan Istana Burung ikut ditambahkan.

Wahana aquarium exotic, River world di taman wisata Purbasari Pancuran Mas
Wahana aquarium exotic, River world di taman wisata Purbasari Pancuran Mas

Tak hanya sang raksasa dari Amazon, terdapat juga berbagai koleksi ikan macam belut listrik, palmas, patin, sinspilum, hingga ikan buntal. Piranha dan arwana juga ikut ‘meramaikan’ taman wisata.

Selain ikan, tentu istana burung menarik perhatian saya. Banyak alasan, burung menjadi inspirasi bagi saya yang suka bertualang. Saat tak sedang berada di dalam sangkar, tentu dengan kepak sayapnya membawanya berkeliling dunia.

Purbasari Pancuran Mas: Betet, seperti hidung saya
Purbasari Pancuran Mas: Betet, seperti hidung saya

Koleksinya cukup lengkap. Bagaikan parade burung dari berbagai belahan dunia. Mulai dari ayam pegar (pheasant) beraneka jenis dari Nepal, elang laut titipan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) yang gagah dan dilindungi, kakaktua tanimbar dari kepulauan Laut Banda, kasturi kepala hitam dari Papua, nuri san conure yang berwarna-warni, nuri bayan jantan dan betina. Cucak biru yang menawan, gelatik yang tersebar di Jawa, Bali, dan Kalimantan; kakaktua jambul kuning yang eksotis, kakaktua raja yang nampak berwibawa, macaw biru, hingga sang burung yang angkuh: merak.

Di sebuah sudut, di penghujung Istana Burung. Kami berhenti cukup lama. Mbak Reaca tampak menikmati membelai seekor kakaktua Maluku yang menggemaskan. Saya juga sempat ikut membelai kepalanya, sebelum saya cabut cepat karena hendak digigit oleh paruh hitamnya.

Purbasari Pancuran Mas
Purbasari Pancuran Mas

Setelah cukup puas dan gemas, kami meninggalkan Istana Burung. Belum jauh berjalan, terdengar suara burung berkicau keras.

Ngaaak… ngaaak… ngaaak…. Suara kicauan kakaktua Maluku itu bertalu-talu. Seakan menyayat hati, seolah tak rela ditinggalkan pergi dan kembali menyepi. Bersama kicauan burung-burung dalam sangkar lainnya. Saya tersenyum, berpikir ini adalah sebuah perpisahan yang cukup mengharukan.

Taman wisata semakin lengang, perlahan beranjak petang akan segera ditutup. Kembali beraktivitas menghibur pengunjung di keesokan harinya.

Desa Wisata Karangbanjar
Namun sebelum benar-benar petang menjelang, Pak Pranoto mengantar kami singgah di destinasi terakhir, sebelum meninggalkan Purbalingga.

“Dulu warga desa ini miskin. Namun, setelah berhasil menciptakan usaha rambut palsu, sekarang ya kaya-kaya,” tukas Pak Pranoto. Kala itu mobil sudah memasuki gang desa wisata yang tidak terlalu lebar.

Desa Wisata Karangbanjar, Purbalingga
Desa Wisata Karangbanjar, Purbalingga

Kami diajak singgah sejenak di rumah sekaligus tempat usaha milik Ketua RW I Desa Karangbanjar. Saat itu, sedang dilakukan kegiatan pengemasan.

Peruntukan rambut palsu tersebut, selain sebagai hiasan (wig) seperti namanya, juga sebagai aksesoris sanggul dan cemara yang merupakan perlengkapan berpakaian perempuan Jawa tradisional.

Penampilan kami dengan rambut palsu (sumber: akun twitter resmi Dinbudpar Jateng)
Penampilan kami dengan rambut palsu (sumber: akun twitter resmi Dinbudpar Jateng)

Hampir saya membeli dan membawa pulang seikat rambut palsu, yang akan membuat saya seperti seorang vokalis band rock. Ah, bayangkan. Dari rambut palsu, kini produk desa wisata tersebut mendunia. Namun tetap ada kesan sahaja di sana.

“Kapan-kapan kalau ke sini lagi, nginapnya di sini saja,” ujar sang ketua RW berkacamata itu. Tawaran yang menggiurkan. Tawaran yang sebenarnya membuat agak tak rela meninggalkan Purbalingga segera. Rasanya memang sangat singkat sekali kunjungan di sore itu.

Namun, rekan dan kegiatan di Banjarnegara sudah menunggu kami. Langit petang tetap kelabu, namun kami semakin melaju.

(Bersambung)


Foto sampul:
Purbasari Pancuran Mas, Purbalingga

42 tanggapan untuk “#VisitJateng: Agak Tak Rela Meninggalkan Purbalingga (5)”

  1. Kalau aku ingat Purbalingga, kok ingat cewek-ceweknya yang cantik ya, mas? Kaburrr haaaa.

    Suka

    1. Rifqy Faiza Rahman Avatar
      Rifqy Faiza Rahman

      Hmmm, sekilas saya juga melihat sepintas di sana. Berarti kita sepaham 😀

      Suka

      1. 😀
        Mas, udah nonton Everest belum? ku jadi ingat kata-kata mas waktu di tulisan gunung Slamet tentang gunung heee. Pokoknya intinya naik gunung itu bukan masalah ingin populer dll, 😀

        Suka

        1. Rifqy Faiza Rahman Avatar
          Rifqy Faiza Rahman

          Sudah, baru saja dua hari lalu hahaha. Yap, pelajarannya bener banget. Kelihatan jelas kalau film hollywood benar-benar dibuat sedemikian serius dan tentu jauuuh di atas 5 cm 😀

          Suka

    2. eh beneran begitu? xixixi berarti harus dijadwalin main ke purbalingga dong~ #loh

      Suka

  2. Ah kebun binatang, aku selalu mau foto dengan binatangnya tapi selalu takut haha,,, foto sama ular saja keringat dingin…

    Btw tiga waria itu biasanya mangkal di mana?

    Suka

    1. Rifqy Faiza Rahman Avatar
      Rifqy Faiza Rahman

      Hahaha, saya kadang juga agak geli-geli gimana gitu kalau lihat ular…

      Caaaakkkk waria jare wkwkwkwk -_-

      Suka

  3. Penampilan kalian dengan rambut palsu sungguh menggoda :p

    Suka

    1. Rifqy Faiza Rahman Avatar
      Rifqy Faiza Rahman

      Hahahaha, kesengsem sama rambut palsunya. Berasa penyanyi rock 😀

      Suka

  4. Kalau itu jenggotnya palsu juga ga?

    Suka

    1. Rifqy Faiza Rahman Avatar
      Rifqy Faiza Rahman

      Kalau itu aali Mas 😀

      Suka

  5. Kalau diberdayakan desa bisa jadi pusat industri masyarakat ya Mas. Untung lah rambut palsu dibuat di sini. Coba bayangin kalau dibuat di pabrik, selain harganya lebih mahal, peluang rakyat untuk berkarya juga tertutup ya. Ngomong2 bahan rambut palsunya mereka datangkan dari mana, Mas?

    Suka

    1. Rifqy Faiza Rahman Avatar
      Rifqy Faiza Rahman

      Iya Bu, berkualitas ekspor pula. Itu bahannya sebagian besar dari sisa limbahnya tukang cukur rambut dan salon2 hehehe. Selain itu juga untuk sapu jugaa.

      Suka

  6. Wah keren banget itu Taman Wisata Purbasari Pancuran Mas nya, sampai ada semacam kolam yang mirip dengan di Sea World. Pengunjung bias berjalan di dalam terowongan yang menembus kolam nya ya?

    Btw, sedikit koreksi Qy, untuk penulisan nama latin spesies, huruf pertama pada kata kedua seharusnya ditulis dengan huruf kecil, jadi yang tepat seharusnya: Arapaima gigas.

    Nice post Qy 🙂

    Suka

    1. Rifqy Faiza Rahman Avatar
      Rifqy Faiza Rahman

      Iya Mas, semacam itu. Bagi orang Purbalingga, mungkin wahana demikian sudah luar biasa. Semoga bisa bertambah koleksinya 🙂

      Ah iya, terima kasih banyak atas koreksinya Mas. Akan saya perbaiki segera 🙂

      Suka

  7. omg numpang nampang dan naik daun di blog papan atas wkwk

    Suka

    1. Rifqy Faiza Rahman Avatar
      Rifqy Faiza Rahman

      Hahaha, papan atas apaan Mbak. Ini cuma gubuk sederhana, jadi jangan keberatan yaa 🙂

      Oiya, kalau mau ngasi komen di blognya Mbak gimana ya?

      Suka

  8. Ehkeren yaaa, ada aquarium di purbalingga 🙂

    Suka

    1. Rifqy Faiza Rahman Avatar
      Rifqy Faiza Rahman

      Iya Mas Cumi. Ada satu lagi theme park khusus reptil dan waterpark juga 🙂

      Suka

  9. Whoooaaa jalan-jalannya seruuuu.
    Ditunggu sambungannya ^_^

    Suka

    1. Rifqy Faiza Rahman Avatar
      Rifqy Faiza Rahman

      Maturnuwun Mbak, Jateng berkesan sampai sekarang. Semoga berkenan menunggu yaa 🙂

      Suka

  10. Rambut palsunya kece hihi

    Suka

    1. Rifqy Faiza Rahman Avatar
      Rifqy Faiza Rahman

      Nah! 😀

      Suka

  11. Ikan piranha itu kalo lepas ke sungai lalu bernak pinak bisa menjadi bahaya serius. Semoga pemeliharaannya terjaga ketat.
    Kakaktua Maluku emang cantik, makanya sering diseludupkan dengan cara yang kadang tidak binatangwi, hehe… Contoh penyeludupan yang tidak binatangwi, burung kakaktua dimasukkan botol plastik seukuran badannya.

    Suka

    1. Rifqy Faiza Rahman Avatar
      Rifqy Faiza Rahman

      Iya Mas, dari kecil soalnya sering lihat film piranha, menakutkan sekali hehe.

      Nah baru tahu saya kalau ada contoh kasus penyelundupankakatua seperti itu. Semoga tetap terpelihara ya 🙂

      Suka

  12. koleksi akuarium air tawar dan taman burungnya mengingatkan suasana di taman mini
    mungkin miniaturnya dari TMII ya …

    Suka

    1. Rifqy Faiza Rahman Avatar
      Rifqy Faiza Rahman

      Mungkin Mas. Saya belum pernah ke TMII seh hahaha

      Suka

  13. eh oot dikit. rambutnya mbaknya itu palsu juga kaaah? #kabuur

    btw aku baru tau ada ikan seperti itu mas di purbasari. ntar kalo anak udah agak gede ajak kesana aaah

    Suka

    1. Rifqy Faiza Rahman Avatar
      Rifqy Faiza Rahman

      Sama2 rambut palau semua Mas hahaha.

      Iya Mas. Edukatif loh 🙂

      Suka

  14. Wuih, koleksi ikan Arapaimanya banyak juga ya. Itu klo pas makan rusuh banget.

    Habis ini menapak tilas masa kecilnya Pak Sudirman Qy?

    Suka

    1. Rifqy Faiza Rahman Avatar
      Rifqy Faiza Rahman

      Iya kah Mas? Kemarin ikannya renang-renang santai gitu hahaha.

      Sayang sekali tidak sempat Mas. Moga banget bisa lain waktu 🙂

      Suka

  15. Wah, ternyata di Purbalingga ada taman wisata yang cukup menarik!

    Suka

    1. Rifqy Faiza Rahman Avatar
      Rifqy Faiza Rahman

      Iya Mas. Saya juga nggak menyangka ada tempat edukatif seperti ini di Purbalingga. So surprise 🙂

      Suka

  16. […] saat ke Purbalingga, di sini kami kembali mendengar cerita kesuksesan. Penuturan Pak Fajar begitu sarat perjuangan. Ada […]

    Suka

  17. Bener-bener duta Jawa Tengah nih Rifqy. Semoga pemerintah sana tahu ya kalo ada blogger kece yang suka mempromosikan daerahnya *kasih jempol*

    Suka

    1. Rifqy Faiza Rahman Avatar
      Rifqy Faiza Rahman

      Loh Om, aku wong Jawa Timur hehehe. Iki anggap saja mewakili Bapak saya yang asli Jawa Tengah 😀

      Suka

      1. Masih sama-sama Indonesia ya Qy 😀

        Suka

        1. Rifqy Faiza Rahman Avatar
          Rifqy Faiza Rahman

          Iyadeh Om, tanggung jawab kita bersama 😀

          Suka

  18. […] hari keempat saya di Jawa Tengah. Setelah sebelumnya berkelana ke Ungaran, Purwokerto, Banyumas, Purbalingga, Banjarnegara, dan Temanggung; kini saya masih melanjutkan perjalanan. Magelang, kota yang akan […]

    Suka

  19. […] hari keempat saya di Jawa Tengah. Setelah sebelumnya berkelana ke Ungaran, Purwokerto, Banyumas, Purbalingga, Banjarnegara, dan Temanggung; kini saya masih melanjutkan perjalanan. Magelang, kota yang akan […]

    Suka

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.