Dari Tidore untuk Indonesia: Parade Juanga (6)

Sepagi ini kami sudah bersiap. Sesuai instruksi, kami mengenakan atasan putih dan bawahan bebas rapi. Baju koko putih yang semalam saya gunakan saat Rora Ake Dango, saya pakai lagi. Begitu pun celana kain hitam. Untuk perempuan, rata-rata menggunakan bawahan batik.

Sebelum berangkat ke Kadato Kie (istana Kesultanan Tidore), kami harus mengisi perut terlebih dahulu. Sarapan khas nasi kuning telah tersaji di meja ruang makan Penginapan Seroja. Acara inti hari ini (10/4/2017), Parade Juanga, merupakan perjalanan laut menapaktilasi perjuangan Sultan Nuku. Dari dermaga kesultanan di Soasio, Tidore, menuju Ternate.

Saya mulai membayangkan adegan seperti di film-film. Berada di kapal-kapal berpasukan siap tempur, mendampingi raja berperang melawan penjajah. Menerjang gelombang, menembus badai.

* * *

Potret Sultan Nuku, pahlawan Revolusi Tidore, di dalam Kadato Kie
Potret Sultan Nuku, pahlawan Revolusi Tidore, di dalam Kadato Kie

Sekitar pukul 7 pagi, kami sudah berada di Kadato Kie. Cuaca cerah berawan. Semilir hawa sejuk berembus dari arah Gunung Marijang yang sedikit tertutup kabut.

Kami bergegas memasuki istana, naik ke balkon. Tempat prosesi upacara penerimaan Ake Dango dari Gurabunga.

Di sana kami disambut Muhammad Ali Alting, kerabat dekat Sultan Hi. Husain Sjah, yang mengemban amanah sebagai Kapita Ngofa. Jabatan setara panglima, yang menjalankan tugas dan perintah dari sultan, baik di darat maupun lautan.

Di bagian dalam istana, dia menjelaskan beberapa atribut kesultanan dan filosofi di baliknya. Dari lambang hingga bendera (panji) kesultanan yang beraneka macam warna. “Kalau ini, menyimbolkan panji kebenaran,” terang sang panglima, ketika memegang sebuah panji berwarna merah.

6a
Muhammad Ali Alting, Panglima Kesultanan Tidore, menjelaskan makna panji merah kepada kami

Sementara sedari Subuh tadi, Ake Dango sudah dilepas oleh Sowohi Kie Matiti. Air yang sudah didoakan dan disemayamkan semalaman, dibawa anak keturunan Soa Romtoha Tomayou menuju Kadato Kie dengan berjalan kaki. Prosesi ini dinamakan Kota Ake Dango.

Di tengah menikmati penjelasan sejarah dari sang Jou Mayor, tiba-tiba ada arahan untuk segera bersiap di balkon kesultanan. Terdengar pula tabuhan tifa bertalu-talu. Rupanya, rombongan pembawa Ake Dango akan memasuki halaman Kadato Kie.

Satu per satu rombongan menaiki anak tangga. Tak berapa lama, upacara penerimaan Ake Dango berlangsung. Di serambi atas tersebut, sultan didampingi para bobato beserta Wali Kota Tidore Kepulauan, Capt. H. Ali Ibrahim.

Penyerahan Ake Dango kepada Sultan Tidore Hi. Husain Sjah
Penyerahan Ake Dango kepada Sultan Tidore Hi. Husain Sjah

Ridwan Ibrahim, anak keturunan sowohi dari marga Tosofu Malamo, bersiap menyerahkan seruas bambu berisi Ake Dango kepada Hi. Husain Sjah. Oleh sultan kemudian dituangkan ke dalam rau (mangkuk putih) dan meminumnya.

Setelah diminum, Ake Dango disemayamkan di sebuah ruangan di dalam Kadato Kie. Imam Syara dan Imam Togubu Kesultanan Tidore, masing-masing akan mendoakannya pada prosesi ratib Haddad Farraj dan Sadat Boso usai Magrib nanti. Tujuannya adalah memohon keselamatan kesejahteraan bagi Sultan, Jou Boki (permaisuri), dewan menteri kesultanan, bala rakyat dan negeri Tidore, serta wilayah kekuasaannya.

Sultan meminum Ake Dango
Sultan meminum Ake Dango

Begitu prosesi berakhir, kami diarahkan untuk menuju dermaga kesultanan. Di sanalah titik awal Parade Juanga akan dilaksanakan.

* * *

Sejarah yang melatarbelakangi Parade Juanga adalah ekspedisi pelayaran Kesultanan Tidore pada masa lampau. Tujuannya kala itu adalah konsolidasi serta silaturahmi masyarakat di wilayah kekuasaan kesultanan. Termasuk di antaranya wilayah Nyili Gulu-Gulu (Seram, Papua, dan Raja Ampat). Penyatuan demi perlawanan melawan penjajah dan konflik dengan Kesultanan Ternate.

Tradisi ini kemudian dilestarikan melalui Festival Hari Jadi Tidore (HJT) sejak awal diselenggarakan. Pada Festival HJT ke-909 kali ini, rute pelayaran hanya dari Tidore ke Ternate pergi-pulang.

Suasana dermaga Kesultanan Tidore jelang Parade Juanga
Suasana dermaga Kesultanan Tidore jelang Parade Juanga

Di dermaga, telah bersiap kapal-kapal berbagai jenis ukuran dan pernik ayng menghias. Salah satunya armada kesultanan yang paling besar di antara kapal lainnya. Dari dalam terdengar lantunan musik tradisional.

Rombongan parade bergegas di perahu masing-masing, ketika sultan dan permaisuri berjalan kaki memasuki dermaga. Bersama dengan bobato adat, bobato agama, wali kota, dan tamu undangan lainnya, mereka memasuki kapal kesultanan setelah doa bersama.

Sebagian teman bloger ikut rombongan kesultanan. Sementara saya dan Deddy Huang berada satu perahu dengan orang-orang berpakaian serba hitam. Rombongan dari wilayah Kelurahan Mareku.

Sekitar pukul 9.30 WIT, masing-masing kapal melepas sauh. Perlahan menjauhi dermaga.

Para bala tentara kesultanan, yang biasa disebut Kora Kora, bergerak membentuk formasi mengitari kapal kesultanan. Di lingkaran luar, perahu-perahu rakyat ikut mengiringi. Sebelum melaju jauh, kapal kesultanan sempat bergerak memutar sebanyak tujuh kali.

6f
Kapal kesultanan (kuning) berputar tujuh kali sebelum melaju menuju Ternate

Pada tiga puluh menit awal, awan perlahan tersibak meski tidak seluruhnya. Gunung Marijang terlihat gagah berbalut kabut. Langit biru mulai menampakkan diri. Sesekali terik matahari menerpa. Ombak bersahabat. Kami berlayar mengiringi Sultan Tidore menuju Ternate.

Hampir dua jam berselang, panas kian terik menyambut kedatangan peserta parade di Ternate. Di sebuah dermaga khusus dekat dengan Pelabuhan Ternate dan Masjid Raya Al Munawwar.

6g
Wali Kota Ternate, Burhan Abdurrahman, mendampingi Sultam Tidore dan Jou Boki menuju tempat acara

Wali Kota Ternate, Burhan Abdurrahman yang berpakaian dinas kala itu, menerima kedatangan Sultan Tidore beserta rombongan. Para warga setempat juga menyemut, ikut menyambut.

Di Ternate, Sultan akan singgah selama hampir satu jam untuk bersilaturahmi, dalam acara perjamuan dan hiburan. Sekaligus mengundang (dowar o se siloloa) masyarakat adat Tidore yang ada di Ternate, untuk menghadiri perayaan Festival Hari Jadi Tidore.

6h

* * *

Kepulangan menuju Tidore agak tergesa. Cuaca mendadak berubah. Langit berwarna kelabu pekat. Angin berembus kencang. Semua bergegas menaiki perahu masing-masing.

Kapal besar yang berisi sultan beserta rombongan melaju dengan cepat. Perahu-perahu lainnya agak renggang jaraknya. Berpacu dengan cuaca.

Saya menaiki perahu yang berbeda saat berangkat. Perahu berukuran lebih besar, seukuran dengan perahu kayu yang melayani penyeberangan Rum-Bastiong. Teman-teman bloger duduk di dalam dek, sedangkan saya memilih keluar dan naik ke atap perahu.

Ketika tali tampar dilepas dari dermaga, hujan turun dengan derasnya. Angin berembus kian kencang.

“Tetap tenang, mas Rifqy! Jangan takut! Kita ini bangsa pelaut!” seru Bams kepada saya, yang agak tertatih berjalan menuju ujung atap perahu. Dia pula yang mengajak saya duduk di atap.

Berada di atap perahu saat hujan deras dan angin kencang: menantang!
Berada di atap perahu saat hujan deras dan angin kencang: menantang!

Saya memegang erat apa pun agar tidak terlempar ke laut, dari kayu hingga ban. Sementara Bams begitu santai mengikat panji yang berkibar kencang.

Agaknya situasi yang saya bayangkan di awal acara seperti menjadi nyata. Menembus gelombang, menerjang badai. Yang kami nikmati dengan bercengkerama, sembari meneguk setiap tetes air hujan.

Jelang Asar, hujan mereda. Setibanya di dermaga kesultanan Tidore, kami semua bak pakaian yang baru diangkat dari cucian saat akan dijemur.

(Bersambung)


Foto sampul:
Rupa-rupa perahu peserta Parade Juanga sebelum berlayar menuju Ternate

Lomba menulis blog dan kegiatan selama di Tidore,
terselenggara atas peran Ngofa Tidore
beserta pihak-pihak sponsor terkait: Lomba Menulis Blog 

6 tanggapan untuk “Dari Tidore untuk Indonesia: Parade Juanga (6)”

  1. Wah seru banget itu pengalaman naik di atas kapal pas hujan dan angin. Mungkin sedikit merasakan bagaimana zaman dahulu saat transportasi laut masih berjaya.

    Disukai oleh 1 orang

    1. Iya mas bro, lumayan lah bisa sambil membayangkan ala Pirates of The Caribbean hahaha

      Disukai oleh 1 orang

  2. Kunjungan perdana nih bang,,,
    Salam Kenal 😊

    Disukai oleh 1 orang

    1. Salam kenal mas. Terima kasih sudah mampir 🙂

      Suka

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.